"Harusnya sosok kecil itu tak perlu hadir begitu jelas, terlalu membuka twist nya untuk saya" Akhirnya saya kembali mengunjungi bioskop! Film arahan Fajar Bustomi ini berhasil membuat mata saya terbuka akan permasalahan anak jalanan, khususnya di ibu kota, betapa keras nya perjuangan mereka hingga tak ada pilihan yang bisa mereka ambil membuat 'jalanan' yang menjadi latar peristiwa sebagian besar film ini begitu artistik, sinematografi dalam film ini begitu memukau, tata kamera dan lampu yang begitu artistik meskipun permainan warna atau pun penggunaan filter di part awal film menurut saya terlalu berlebihan, mungkin seperti itulah yang biasa dilakukan Falcon Pictures selaku rumah produksi film yang dipastikan tayang 25 Juni 2017 ini. Saat berniat menyaksikan sebuah film, hal pertama yang saya lihat adalah poster nya, jujur, ketika melihat poster film Surat Kecil Untuk Tuhan ini saya seperti telah membaca cerita lengkap di novelnya, kesedihan yang digambarkan para pemain utama dalam film melalui poster terlalu terbuka, saya bahkan tak bisa melihat kesenangan selain warna biru dalam poster, namun ternyata saya salah, bisa dibilang saya terjebak dalam poster ini, film yang diangkat dari novel berjudul sama ini justru mengajak kita ikut masuk dalam ceritanya secara terstruktur dan rapih sekali, semua dibuat jelas dengan hubungan sebab-akibat yang cukup jelas. Awal film, perhatian kita akan langsung tertuju pada miris nya kehidupan Angle Izzati Khansa dan Anton Bima Azriel yang benar-benar berhasil membuat pondasi alur cerita film ini begitu kuat, saya berpikir mereka hanyalah selingan saja dan sedikit tampil, tapi nyata nya tidak, hingga part akhir sosok mereka berdua tetap hadir sebagai penguat cerita dengan akting yang sangat menjanjikan. Sayangnya, saya punya sedikit catatan yang membuat film ini terkesan 'berat' mengingat ini film kategori keluarga dan akan disaksikan juga oleh anak-anak, yaitu bagaimana semua aspek kesedihan yang dipadukan terlalu berlebihan, too much menurut saya saat hujan, ditambah isak tangis, kemudian musik, bahkan tak hanya sekali musik itu hadir dan selalu hadir di bagian yang sedih-sedih, mungkin tujuannya untuk semakin membuat sisi sedih dalam film ini semakin dalam, namun menurut saya sesuatu yang terllau berlebih justru membuat kurang bisa dinikmati. Paruh kedua, film diambil alih oleh sosok Angle Dewasa Bunga Citra Lestari yang berhasil menggiring penonton memasuki konflik yang semakin menegangkan, semakin pintar film ini memainkan emosi saya, dan musik nya pun berkurang, namun penggantian scene yang disispkan cityscape dan timelapse justru yang sedikit mengganggu, saya rasa jika dihilangkan tak akan merubah jalannya cerita yang rapih ini. Saya belum membaca novelnya, jadi saya tak tahu jalan cerita pastinya bagaimana meskipun saya bilang di awal kalau semua seakan tertebak dengan mudahnya, namun dialog yang dibuat oleh Upi Avianto ini patut diacungi jempol saat membuat semuanya seakan memiliki nyawa tersendiri, saya suka percakapan yang menyenangkan antara Angle dan Martin Joe Taslim, juga bagaimana Asep Teuku Rifnu Wikana memutar kata dan membuat film ini semakin lama, dan saat Ningsih Aura Kasih membuat dialog part akhir begitu menengangkan, semua pemain bekerja begitu baik untuk film berdurasi 107 menit ini menjadi tak bosan untuk diikuti. Tadi saya bilang kurang suka musik nya yang terlalu berlebihan, namun berbeda dengan soundtrack dalam film ini yang dibuat begitu grande dengan menggunakan paduan suara ana-anak, penempatannya pun tepat, hampir disemua adegan yang memang butuh penguat suasana dan berkesan, remake lagu anak-anak dalam film ini begitu Film Surat Kecil Untuk Tuhan adalah salah satu dari 4 film yang akan 'berebut' penotnon para tanggal 25 Juni 2017 menyambut lebaran nanti, namun film ini memiliki satu kelebihan, kritik sosial yang diangkat begitu rapih terbungkus dan jelas dipaparkan, bagaimaan kerasnya kehidupan anak jalanan yang tak punya pilihan, dan juga pandangan mereka yang hanya duduk di dalam mobil menyaksikan pejuang jalan itu bekerja, miris memang, namun seperti itulah yang terjadi. Penasaran? ingat! 25 Juni 2017 Judul Film Surat Kecil Untuk Tuhan Fajar Bustomi Penulis Upi Avianto Produksi Falcon Pictures Bunga Citra Lestari Joe Taslim Bima Azriel Izzati Khansa Teuki Rifnu Wikana Lukman Sardi Aura Kasih Ben JoshuaAdiary of letters to god) is a 2011 indonesian biographical drama film directed by harris nizam. Surat kecil untuk tuhan genre: Surat kecil untuk tuhan (öbek çeviri: With dwi andhika, egi john foreisythe, dinda hauw, alex komang. Download surat kecil untuk tuhan (2017) full movie.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Beberapa tahun belakangan bisa dibilang merupakan masa kebangkitan dunia perfilman di Indonesia. Lihat saja betapa banyak film - film berkualitas dan meningkatnya animo penonton terhadap film produk dalam negeri. Salah satu film berkualitas yang baru saja rilis lebaran ini adalah Surat Kecil Untuk Tuhan. Film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi ini menceritakan kisah peluh dua kakak beradik yatim piatu yang bernama Anton dan Bustomi bisa dibilang sangat sukses menjadikan film ini sangat berbobot. Dengan durasi dua jam lebih, tak membuat sedetikpun penonton merasa lelah menonton film ini. Salah satu yang menjadi kelebihan film ini adalah isi ceritanya dan alurnya yang tak membosankan. Tak seperti film - film biasanya yang jalan ceritanya mudah ditebak. Surat Kecil Untuk Tuhan berhasil membuat penonton begitu antusias mengetahui akhir ceritanya. Film Surat Kecil Untuk Tuhan juga bertabur banyak nama aktor, seperti bintang fast and furious 7 Joe Taslim dan aktris cantik Bunga Citra Lestari. Walaupun diisi oleh aktor - aktor senior, namun tidak menutup pamor dari dua aktor cilik yaitu Bima Azriel dan Azzati Khanza. Duet Bima Azriel dan Azzati Khanza terlihat begitu kuat dan begitu memainkan emosi penonton. Tampilan padu juga cukup sukses ditampilkan oleh om Rudi Lukman Sardi, yang berhasil mengangkat cerita film ini menjadi lebih dalam. Selain itu, salah satu yang menjadikan film ini patut ditonton adalah misi penting dibaliknya. Berbeda dengan film - film lain yang hanya memiliki isi cerita yang bagus. Hal yang paling penting disampaikan dalam film ini adalah permasalahan anak - anak. Hal ini dapat dilihat dalam adegan ketika Anton Bima Azriel dan Angel Azzati Khanza dipaksa bekerja sebagai pengamen jalanan dan menerima tindakan kekerasan dari om Rudi. Permasalahan sosial termasuk anak - anak memang masih jarang disinggung oleh pelaku perfilman Indonesia. Padahal melalui film, hal - hal tersebut dapat diredam dan lebih diperhatikan. Masalah yang diangkat dalam film ini juga menggambarkan betapa kerasnya hidup anak - anak jalanan di Ibukota. Terutama bagi mereka yang yatim piatu serta yang kurang mendapat perhatian oleh orang ini begitu memiliki cerita yang dalam dan kritik yang keras terhadap perlakuan tidak manusiawi terhadap anak - anak. Seharusnya surat kecil untuk tuhan harus diperhatikan oleh dunia Internasional, karena permasalahan yang diangkat sudah menjadi permasalahan dunia. Bahkan menurut saya, film ini patut diperjuangkan untuk menjadi perwakilan Indonesia di ajang Oscar untuk best foreign language ini harus menjadi masuk dalam daftar nonton kalian minggu ini. Kalian pasti akan terbawa oleh cerita kasih sayang kakak beradik hingga permasalahan anak - anak jalanan. Selain itu, alur cerita yang bagus akan membuat kalian terhanyut akan kesedihan hingga romansa yang ada di kisah kakak dan adik yang menguras air mata Lihat Lyfe Selengkapnya
Inicerita berbeda dengan beberapa tahun lalu. Ini cerita baru dengan judul yang sama. Kita lihat film ini satu brand yang berpotensi dibuat sekuel," ujar Federica selaku produser Surat Kecil Untuk Tuhan di kantor Falcon Picture, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu (5/4/2017). Lebih jelas lagi Federica mengungkapkan detail cerita yang akan diangkat. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Surat Kecil Untuk Tuhan adalah film pembuka Falcon Pictures di libur lebaran tepatnya dirilis pada tanggal 25 Juni 2017. Diambil dari cerita novel karya Agnes Davonar, dengan skenario yang ditulis oleh Upi Avianto screenplay. Film drama yang diproduseri Frederica ini digarap oleh Fajar Bustomi dan dibintangi Bunga Citra Lestari dan Joe Taslim sebagai salah satu pemeran utama. Film ini berdurasi sekitar 127 menit atau 2 jam 7 yang diangkat adalah mengenai problematika anak jalanan, Anton Bima Azriel dan Angel Izzari Khansa kakak beradik yatim piatu yang terjebak dalam sindikat memanfaatkan anak-anak terlantar untuk dijadikan pengemis jalanan yang dimana hasilnya itu harus disetorkan kepada ketua sindikat yakni Om Rudi Lukman Sardi. Jika tidak berhasil mencapai target dalam meminta-minta maka hukuman pecutan, disetrika dan ditenggelamkan dalam air akan menanti mereka. Di usia yang masih sangat kecil, mereka diperbudak untuk menjadi mesin uang tanpa kenal waktu dan sangat minim untuk mencapai indahnya masa suatu ketika saat Angel menyebrang di jalan raya, ia tertabrak oleh sebuah mobil sampai terpental dan tak sadarkan diri. Angel dibawa ke rumah sakit, Om Rudi tidak mau menanggung biayanya, untung ada seorang pasangan suami istri yang mau menanggungnya dan mengangkat Angel sebagai anak mereka. Sejak saat itulah Angel terpisahkan dengan Anton. Ia tidak pernah tahu lagi di mana keberadaan sang kakak. Film ini menyajikan 2 alur berbeda dimana Angel semasa kecil yang memprihatinkan dengan Angel yang telah dewasa dengan perubahan nasibnya. Di Sydney, Australia, 15 tahun kemudian, Angel yang telah beranjak dewasa ini diperankan oleh Bunga Citra Lestari, gadis cantik dan pandai yang berhasil mewujudkan impiannya menjadi seorang pengacara dan menjadi pribadi yang suka memberikan bantuan hukum kepada orang-orang yang lemah. Di Sydney pula lah dia bertemu sang pujangga hati, yaitu seorang dokter muda yang bernama Martin Joe Taslim. Sebelum menikah dengannya, Angel ingin kembali ke Indonesia dan mencari keberadaan sang kakak yang tak kunjung ditemukan. Hingga di Jakarta ia menemukan kenyataan-kenyataan pedih lainnya yang belum diketahui dan mengungkapnya sampai meja hijau. Pada awal adegan, penonton disuguhi tindakan kekerasan yang dapat menguras air mata tentang kisah kehidupan anak jalanan yang begitu eksploitatif, berlebihan dan cenderung kurang cocok ditonton oleh anak-anak. Apalagi ada suatu adegan dimana seakan-akan seorang anak yang ingin dioperasi untuk jual beli organ tubuh manusia. Pada menit awal pun pewarnaan kontras seperti kekuningan dan minimnya cahaya yang menjadi kurang jelas menyulitkan penglihatan, tapi itulah yang mungkin memberikan kesan miris dan antara Anton & Angel kecil begitu solid dan berhasil memerankan perjuangan anak kecil yang pilu. Padahal, tak banyak pemeran anak kecil yang penjiwaannya bisa sampai maksimal. Joe Taslim selaku Martin menunjukan kehangatan sebagai seorang kekasih dari Angel dan menjadi seorang dokter yang bersahaja kepada pasien-pasiennya. Bunga Citra Lestari cukup terlihat seperti bukan perwujudan Angel kecil yang pernah mengalami kesengsaraan hidupnya, ia seperti tokoh yang berbeda. Kemesraan antara Angel dan Martin sayangnya terasa agak kaku dan kisah cinta keduanya seperti hanya sebagai pelengkap semata tidak begitu di pemeran pendukung seperti Aura Kasih Ningsih dalam film ini cukup mencuri perhatian untuk aktingnya selaku anak asuh Om Rudi yang mendapatkan perlakuan tak senonoh dan juga kepada Rifnu Wikana yang berperan sebagai tangan kanan Om Rudi bisa memberikan chemistry yang kuat dengan Aura Kasih. Pemeran Om Rudi oleh Lukman Sardi juga terlihat sangat profesional, kesangarannya, sifat yang begitu dingin, kejam dan tanpa ampun. Pada adegan terakhir di pengadilan pun beliau dapat menutupi kekejamannya lewat muka polosnya itu yang dapat membuat kesal penonton. Bahkan adegan Martin dengan pasiennya yang mengidap kanker terlihat lebih backsound lagu-lagu dengan orkestra yang memperkuat suasana hingga penonton terhanyut dan terharu dalam cerita walau terlihat jadi lebih drama dan karena lebih banyaknya adegan menyayat hati seperti mengharuskan terbawa suasana sedih. Penyelesaian film ini terlihat lebih singkat walaupun durasi film sudah cukup panjang. Disamping berbagai kekurangan yang terdapat dalam film, benar-benar dapat disingkirkan dengan epiknya alur cerita dan kisah yang banyak mengandung nilai moral dan pelajaran hidup untuk tidak memanfaatkan orang lemah, larangan perdagangan organ tubuh manusia, tindakan kekerasan dan pelecehan seksual yang masih marak terjadi di berbagai wilayah di beberapa negara. Lihat Ruang Kelas Selengkapnya IQn6. 273 210 192 54 255 481 489 354 175